Rabu, 30 Maret 2011

Transisi Pemerintah Libya Dianggap Sulit


Protes di Libya (Foto: Getty Images)
Protes di Libya (Foto: Getty Images)
WASHINGTON - Transisi pemerintah yang responsif terhadap keinginan rakyat Libya dianggap sulit oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Menurutnya dibutuhkan kerja sama intenasional untuk mewujudkan hal itu.

"Transisi menuju Pemerintahan Libya yang sesuai dengan keinginan dengan rakyat, akan menjadi sebuah tugas yang amat sulit," menurut Obama pada pidato di National Defense University di Washington seperti dikutip Associated Press, Selasa (29/3/2011).

"Butuh peran serta dari komunitas internasional untuk bergabung dengan Amerika dalam upaya membangun keadaan politik di Libya," lanjutnya.

Lebih lanjut Obama menjelaskan, penggunaan kekuasaan AS di luar negeri, menyusul revolusi yang pecah di Timur Tengah dan Afrika.

Bagi Obama, dirinya tidak akan menggunakan kekuatan sendiri bila memang keamanan dalam negeri AS dalam keadaan terancam. Tetapi Presiden ke-44 AS itu menyatakan, pihaknya dapat mengerahkan militernya bila keadaan dalam bahaya.

Keadaan bahaya tersebut menurut Obama seperti contoh adalah pencegahan terjadi genosida. Memang seperti yang telah diutarakan sebelumnya, maksud Obama memerintahkan serangan udara ke Libya adalah mencegah Khadafi melakukan serangan terhadap warganya sendiri.

Obama berpegang pada Resolusi 1973 yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), yang memberikan mandat untuk mencegah Khadafi melakukan serangan terhadap warga sipil Libya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate